PENGARUH PENAMBAHAN
ZAT ADITIF ALAMI PADA BENSIN TERHADAP PRESTASI SEPEDA MOTOR 4-LANGKAH
Wahyu Eko Saputra
1 , Harmen Burhanuddin 2, M. Dyan Susila ES 2
1Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas
Lampung, Jl. W.R Supratman 23 b Karang Rejo, Kec. Metro Utara, Kota Metro 34110 (wahyu.unila07@gmail.com)
2Dosen Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas
Lampung, Jl. Prof. Soemantri Brodjonegoro, No.1, Bandar Lampung 35145
Abstrak
The quality fuel affects combustion because the fuel quality will get
better combustion. Therefore, it is necessary to improve the quality of the
fuel to produce combustion. Such an increase in the octane rating of the fuel
can result in increased good quality of the fuel. One method used is the
addition of natural additives in the fuel. Tests were performed using a
motorcycle test engine 100 cc 4-stroke is running test (road test and
acceleration), and stationary testing. The test road test conducted by a
distance of 10 km with an average speed of 50 km / h test aims to get the value
of fuel consumption. Furthermore, using the acceleration test speed 0-80 km / h
and 40-80 km / h which aims to get the fastest acceleration time. Then the
stationary testing done on rotation 1.000 rpm and 3.000 rpm with a 5-minute
aims to get the value of fuel consumption at rest. This test uses a natural
variation in the dose of the gasoline additive used is 1:4, 1:6, 1:8, and 1:10.
On testing fuel consumption with the distance 10 km can be seen that the
concentration of 1:6 is the best concentration that can reduce fuel consumption
by 23,31% (136 ml), compared with natural gasoline without additives (177,333
ml). Average time acceleration 0-80 km / h resulted in the concentration of the
best natural additives 1:4 that is with an average acceleration of 10,847
seconds (20,69%). In testing acceleration 40-80 km / h obtained for the
concentration of 1:8 with an average acceleration of 6,993 seconds (21,83%).
Tests of stationary fuel consumption at 1,000 rpm for 5 minutes in to the best
performance at a concentration of 1:8 that is 33,91% (12,667 ml) whereas at 3.000
rpm stationary best performance is obtained at a concentration of 1:10 30,71%
(14,334 ml).
Keywords: fuel, natural additives, engine performance.
PENDAHULUAN
Peran bahan
bakar sangat penting dalam proses pembakaran karena dapat mempengaruhi performa
mesin secara keseluruhan dan efisiensi pembakaran pada mesin itu sendiri.
Selain itu, efek dari pembakaran yang tidak sempurna di dalam ruang bakar pada
mesin dapat mengakibatkan knocking
pada mesin [1].
Berbagai
macam cara digunakan untuk meningkatkan nilai oktan bahan bakar. Karena nilai
oktan dari bahan bakar merupakan salah satu parameter untuk mengetahui
kesempurnaan pembakaran di dalam mesin.
Konsumen sangat
membutuhkan kendaraan bermotor dengan kinerja mesin yang optimal dan irit bahan
bakar. Kriteria tersebut dapat dipenuhi apabila proses pembakaran bahan bakar
salah salah satunya adalah dengan menambahkan zat aditif pada bahan bakar yang
akan digunakan. Diharapkan dengan penambahan zat aditif ini, maka pembakaran
akan se makin sempurna dan dapat meningkatkan performa dan efisiensi mesin. Zat
aditif dibedakan menjadi dua yaitu zat aditif sintetik atau buatan dan zat
aditif alami.
Kemudian dari hasil penelitian yang dilakukan Andriyanto
(2008) dengan menggunakan zat aditif TOP 1 octane booster, sebanyak dua kali
dari aturan pakai (0,05%) diperoleh
penurunan konsumsi bahan bakar terbaik sebesar 21,01% (9,67 ml) dibandingkan
dengan bensin tanpa aditif (46 ml) pada putaran 3000 rpm selama 10 menit. Untuk
akselerasi pada 0-80 km/jam dengan menggunakan zat aditif STP octane booster
dapat meningkatkan akselerasi sebesar 12,14 % (8,54 detik) dibandingkan dengan
bensin tanpa zat aditif (9,72 detik) [2]. Pada penelitian
yang dilakukan oleh Kirana (2005) terhadap campuran bensin zat aditif (1:10)
PEA (Polyether Amine) pada pengujian TD 114 diketahui peningkatan daya engkol
sebesar 4,28 % dan penurunan konsumsi bahan bakar spesifik engkol sebesar 23,93
% dibandingkan dengan bahan bakar bensin tanpa zat aditif tersebut [3].
Untuk mengukur prestasi kendaraan bermotor bensin 4-langkah
dalam aplikasinya diperlukan parameter sebagai berikut [4]:
1.
Konsumsi bahan bakar, semakin sedikit konsumsi bahan bakar
kendaraan bermotor bensin 4-langkah, maka semakin tinggi prestasinya.
2.
Akselerasi, semakin tinggi tingkat akselerasi kendaraan
bermotor bensin 4-langkah maka prestasinya semakin meningkat.
3.
Waktu tempuh, semakin singkat waktu tempuh yang diperlukan
pada kendaraan bermotor bensin 4-langkah untuk mencapai
jarak tertentu, maka semakin tinggi prestasinya.
4.
Putaran mesin, putaran mesin pada kondisi idle dapat
menggambarkan normal atau tidaknya kondisi
mesin. Perbedaan putaran
mesin juga menggambarkan besarnya torsi yang dihasilkan.
5.
Emisi gas buang, motor dalam kondisi statis bisa dilihat
emisi gas buangnya pada rpm rendah dan tinggi.
Untuk itu digunakan zat aditif sebagai
campuran bahan bakar kendaraan bermotor. Zat aditif merupakan bahan yang
ditambahkan pada bahan bakar kendaraan bermotor, baik mesin bensin maupun mesin
diesel. Zat aditif digunakan untuk
memberikan peningkatan sifat dasar tertentu yang telah dimilikinya seperti
aditif anti knocking untuk bahan
bakar mesin bensin. Angka
oktan bisa ditingkatkan dengan menambahkan zat aditif bensin. Juga untuk
meningkatkan kemampuan bertahan terhadap terjadinya oksidasi pada pelumas [5].
Zat aditif yang digunakan merupakan zat aditif alami produk dari Amerika, Bentuk dari aditif bahan bakar
multi fungsi ini adalah berbentuk tablet. Cocok
untuk mesin bensin dan diesel, larut sempurna dalam bahan bakar, membantu
menghemat bahan bakar, meningkatkan tenaga. Selain itu dapat meningkatkan bahan
bakar, menghilangkan endapan karbon, meningkatkan oktan dan
menurunkan kadar emisi gas buang .
Penelitian ini bertujuan untuk untuk
mengetahui pengaruh penambahan zat
aditif alami pada bahan
bakar premium terhadap prestasi, sepeda
motor 4-langkah.
METODOLOGI
PENELITIAN
A.
Alat dan Bahan Penelitian
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah :
1.
Spesifikasi Sepeda
Motor 4-langkah
Dalam
penelitian ini, mesin uji yang digunakan dalam adalah sepeda motor 4-langkah. Adapun spesifikasi dari mesin uji tersebut adalah
sebagai berikut:
Tipe mesin : 4 langkah, SOHC
Sistem pendingin : Pendingin udara
Jumlah silinder : 1 (satu)
Diameter x Langkah : 50 x 49.5 mm
Kapasitas silinder : 97,1 cc
Perbandingan kompresi : 9,0 : 1
Aki : 12 V / 3,5 Ah
Kapasitas tangki bahan bakar : 3,7 liter
Tahun pembuatan :
2001
2.
Alat yang
digunakan
Berikut
adalah alat-alat yang digunakan selama penelitian :
a.
Stopwatch
b.
Gelas ukur 100 ml
c.
Tachometer
d.
Perangkat analog
e.
Tangki bahan bakar buatan 350 ml
f.
Timbangan Digital
g.
Tool Kit.
h.
Zat aditif alami
i.
Kawat pengait dan selang bensin tambahan
B.
Prosedur
Pengujian
Dalam
pengujian ini dilakukan dua kali jenis pengujian yaitu pada pengujian mesin
berjalan untuk mengetahui konsumsi bahan bakar dan akselerasi mesin tanpa zat
aditif alami dan menggunakan zat aditif alami. Sedangkan pengujian yang kedua
yaitu dengan mesin stasioner yang bertujuan untuk melihat konsumsi bahan bakar
pada kondisi diam ( putaran stationer ).
1.
Pengujian
Mesin Berjalan
Pada
pengujian ini dibagi dua tahap yaitu sebelum menggunakan zat aditif alami dan
setelah menggunakan zat aditif alami. Data yang diambil tiap pengujianya dilakukan pada cuaca dan
lokasi pengujian yang hampir sama. Data yang diambil dalam pengujian berjalan
ini adalah prestasi dari motor yaitu meliputi konsumsi bahan bakar dan akselerasi.
a.
Konsumsi bahan
bakar
Pengujian ini
merupakan pengukuran tingkat konsumsi bahan bakar terhadap jarak tempuh 10 km.
Adapun langkah dalam pengujian yaitu mengisi bensin pada tangki bahan bakar
buatan 350 ml, mencatat jarak pada odometer.
Setelah itu menghidupkan mesin dengan cara diengkol, keran yang
menghubungkan tangki bahan bakar dan karburator dibuka. Mesin dijalankan
perpindahan perseneling satu ke dua pada saat kecepatan pada spedometer menunjukan 20
km/jam, untuk perpindahan perseneling dua ke tiga pada 35 km/jam dan untuk perpindahan
dari perseneling tiga ke empat, pada saat spedometer menunjukan
kecepatan 50 km/jam kemudian dijaga konstan kecepatanya. Setelah menempuh jarak
10 km mesin berhenti dan dimatikan, kemudian bahan bakar tersisa diambil dari
karburator dengan cara membuka baut pada dasar karburator dan diukur volume
sisa dari bahan bakar tersebut dengan cara volume awal dikurangi volume akhir
dari bahan bakar kemudian di catat.
b.
Akselerasi
Pengujian ini
dilakukan dengan dua macam yaitu akselerasi 0-80 (km/jam) dan akselerasi 40-80 (km/jam).
1.
Akselerasi dari keadaan diam 0 – 80
km/jam (detik)
Adapun untuk pengujian akselerasi 0-80
km/jam yaitu pengujian akselerasi menggunakan kondisi sepeda motor tanpa zat
aditif alami dan menggunakan zat aditif alami. Setelah semua persiapan dilakukan,
sepeda motor yang telah dinyalakan harus dalam keadaan berhenti (0 km/jam).
Ketika gas mulai ditekan, stopwatch mulai
diaktifkan. Setelah sampai pada kecepatan yang diinginkan (80 km/jam), stopwatch dinon-aktifkan kemudian
dicatat waktu tempuh nya. Untuk mencapai kecepatan yang diinginkan (80
km/jam), pengendara melakukan perpindahan perseneling yang teratur dan sesuai
setiap pengujian.
2.
Akselerasi dari keadaan berjalan 40 –
80 km/jam (detik)
Sedangkan untuk akselerasi 40-80
(km/jam), langkah-langkahnya sama seperti pada pengambilan data akselerasi dari
keadaan diam, hanya saja stopwatch mulai
diaktifkan ketika kecepatan awal yaitu 40 km/jam hingga kecepatan akhir yang
diinginkan (80 km/jam) kemudian stopwatch
dinon-aktifkan dan dicatat waktunya. Perpindahan perseneling dilakukan dari
perseneling dua hingga empat dengan teratur.
2.
Pengujian
Stasioner
Pengujian
ini dilakukan untuk melihat konsumsi bahan bakar dengan kondisi mesin diam atau
tidak bergerak. Pada pengujian stasioner ini maka mesin dipanaskan terlebih
dahulu sehingga didapatkan kinerja mesin yang optimal. Setelah itu putaran
mesin yang dipakai adalah 1.000 dan 3.000 rpm. Data yang diambil
tiap pengujianya dilakukan pada cuaca dan lokasi pengujian yang hampir sama.
Pada
pengujian pertama tanpa menggunakan zat aditif alami maka bensin yang telah
ditakar tadi tidak dicampur dengan zat aditif alami. Mesin dihidupkan dengan cara
diengkol lalu stopwatch dihidupkan. Setelah
5 menit mesin dimatikan, kemudian bahan bakar tersisa diambil dari karburator
dengan cara membuka baut pada dasar karburator dan diukur volume sisa dari
bahan bakar tersebut dengan cara volume awal dikurangi volume akhir dari bahan
bakar kemudian dicatat. Untuk yang menggunakan zat aditif alami dengan konsentrasi yang
berbeda-beda langkahnya sama dengan yang tidak menggunakan zat aditif alami. Pengukuran
bertujuan untuk mengetahui konsumsi bahan bakar permenit.
C.
Lokasi Pengujian
Adapun lokasi pengujian emisi gas buang di lakukan di Balai Riset
dan Standardisasi Industri Bandar Lampung. Jalan By Pass Soekarno Hatta Km. 1
Rajabasa Bandar Lampung. Pengujian berjalan dengan jarak 10 km
dilakukan di Jl. Haji Mena Natar. Untuk Pengujian akselerasi dilakukan di Jl. Prof. Sumantri
Brojonegoro Bandar Lampung dan pengujian stasioner dilakukan di Wisma Aurum,
Kelurahan Rajabasa Bandar Lampung.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Pengujian Mesin Berjalan
Data yang diambil dalam pengujian
berjalan ini meliputi konsumsi bahan bakar dan akselerasi. Adapun pengujian
konsumsi bahan bakar dilakukan dengan menempuh jarak 10 km (kecepatan dijaga
konstan 50 km/jam), pengujian waktu akselerasi 0-80 km/jam dan 40-80 km/jam.
1.
Konsumsi bahan
bakar pada jarak 10 km dengan kecepatan konstan 50 km/jam.
Pengujian berjalan ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan zat
aditif alami terhadap konsumsi bahan bakar pada jarak tempuh 10 km/jam dengan
kecepatan yang dijaga konstan 50 km/jam. Adapun prosedur pengujianya sudah
dijelaskan sebelumnya pada metodologi penelitian. Dari pengujian yang dilakukan
maka didapat data seperti pada gambar 1.
Gambar 1.
Grafik konsumsi bahan bakar rata-rata pada jarak tempuh 10 km.
Pada gambar tersebut dapat di lihat
bahwa adanya perbedaan konsumsi bahan bakar antara bensin tanpa zat aditif
alami dengan bensin yang telah di campur dengan zat aditif alami dengan
masing-masing konsentrasi yang berbeda. Bensin tanpa zat aditif alami diperoleh
konsumsi bahan bakar rata-rata sebesar 177,333 ml, setelah di lakukan
penambahan zat aditif alami terhadap bensin maka nilai konsumsi dari bahan
bakar menurun jika di bandingkan dengan bensin tanpa zat aditif alami. Dalam
grafik tersebut nilai penurunan terbesar didapat pada pencampuran 1:6 dimana
pada pencampuran ini yaitu 1 tablet zat aditif alami di campur dengan 6 liter
bensin. Jumlah konsumsi bahan bakar pada bensin dengan zat aditif alami 1:6
adalah 136 ml dengan penurunan sebesar 23,31%. Sedangkan untuk penurunan
terkecil di peroleh dengan mencampurkan 1 tablet zat aditif alami terhadap 4
liter bensin. Ternyata dengan konsentrasi pencampuran zat aditif alami terhadap
bensin yang lebih banyak tidak berarti juga lebih efektif untuk menurunkan konsumsi
bahan bakar yang digunakan.
Pada pencampuran 1 tablet terhadap 8 liter bensin (1:8) di peroleh data
hasil pengujian yang diambil tiga kali yaitu 147,5 ml, 157 ml, dan 153 ml.
Nilai rata – ratanya yaitu 152,5 ml dengan penurunan sebesar 14%. Ini merupakan
nilai yang terkecil jika di bandingakan dengan konsentrasi pencampuran zat
aditif alami yang lainya. Jika di bandingkan dengan konsentrasi pencampuran 1:6
maka hampir dua kali lipat dari penurunan yang diperoleh. Hal ini dapat di katakan kandungan bensin
yang telah tercampur zat aditif alami dengan konsentrasi 1:8 kurang baik
digunakan dalam pembakaran di buktikan dengan nilai penurunan yang kecil. Akan tetapi, dengan penambahan zat aditif
alami dapat menurunkan konsumsi bahan bakar yang di perlukan.
2.
Akselerasi 0-80 km/jam.
Pengujian akselerasi dilakukan untuk mendapatkan waktu akselerasi
tercepat diantara pengujian dengan perbandingan zat aditif alami terhadap
bensin yang berbeda-beda. Pengujian ini dilakukan pada tempat dan kondisi yang
diusahakan hampir sama dan dilakukan pada posisi perseneling satu hingga tiga.
dari pengujian yang dilakukan maka didapatkan data sebagai berikut, seperti
pada gambar 2.
Gambar 2. Grafik waktu akselerasi rata-rata
0-80 km/jam
Pada gambar 2 diatas dapat di
lihat adanya perbedaan waktu akselerasi rata-rata antar pengujian dengan
perbandingan zat aditif alami yang berbeda. Setelah di lakukan pengujian
sebanyak tiga kali dan setelah itu dirata-ratakan didapat waktu dengan
rata-rata 13,677 detik. Waktu
akselerasi rata-rata yang diperoleh pada konsentrasi 1:4 yaitu satu tablet zat
aditif alami di campur dengan empat liter bensin adalah 10,847 detik dengan
penurunan waktu sebesar 20,69%. Nilai yang
didapat pada pengujian ini merupakan penurunan waktu atau nilai yang paling
tinggi penurunanya jika di bandingkan dengan yang lainya. dengan kata lain
prestasi akselerasi pada kecepatan 0-80 km/jam diperoleh pada konsentrasi 1:4.
Terlihat pada
gambar di atas bahwasanya pada pencampuran satu tablet zat aditif alami dengan
enam liter bensin (1:6) mempunyai waktu rata-rata sebesar 10,963 detik dengan
penurunan sebesar 19,84%. konsentrasi 1:6
ini merupakan konsentrasi yang dianjurkan untuk digunakan. Dalam hal ini
terdapat perbedaan yang tidak lebih banyak atau kecil jika di bandingkan dengan
nilai yang diperoleh pada konsentrasi 1:4.
Pengujian
selanjutnya adalah pengujian akselerasi dengan perbandingan zat aditif alami
yaitu 1:8, pada pengujian ini kondisi masih diusahakan sama. Adapun waktu
akselerasi rata-rata yang diperoleh adalah 11,273 detik dengan penurunan sebesar 17,57%. Sedangkan pada
pengujian akselerasi dengan perbandingan zat aditif alami 1:10 menghasilkan
waktu akselerasi sebesar 11,407 detik dengan
penurunan sebesar 16,60%. Jika kita amati
nilai penurunan waktu akselerasi yang didapat dari pengujian tersebut diperoleh
jarak waktu yang cukup besar jika di bandingkan dengan bensin tanpa zat aditif
alami. Akan tetapi untuk pengujian yang menggunakan zat aditif alami yang telah
di variasikan di peroleh nilai yang
hampir sama besarnya dan memiliki penurunan waktu akselerasi yang terus menurun
seiring dengan penambahan konsentrasi zat aditif alami yang lebih banyak. Dengan demikian, nilai penurunan
terkecil di dapat pada
konsentrasi 1:10 dengan persentase penurunan 16,60% dan nilai terbesar yaitu pada
konsentrasi 1:4 dengan persentasi penurunan sebesar 20,69%. Akan tetapi
faktor ekonomis juga perlu dipertimbangkan jika akan menggunakan konsentrasi
1:4.
3.
Akselerasi 40-80 km/jam
Setelah melakukan uji akselerasi 0-80 km/jam maka dilakukan
pengujian akselerasi dengan kecepatan 40-80 km/jam. Dari pengujian yang
dilakukan diperoleh nilai atau hasil seperti pada gambar 3.
Gambar 4.
Grafik waktu akselerasi rata-rata 40-80 km/jam
Dapat di lihat pada
gambar di atas dengan penambahan zat aditif alami maka dapat menurunkan waktu
akselerasi jika di bandingkan dengan bensin tanpa campuran zat aditif alami.
Hasil yang
diperoleh pada pengujian 40-80 km/jam ini berubah-ubah. Perbedaan
yang berubah–ubah ini menandakan bahwa pada kondisi mesin pada kecepatan 40-80
km/jam yaitu pada perseneling dua menuju ketiga tidak stabil. Hal ini
dikarenakan pada pengujian akselerasi di lakukan dengan keadaan berjalan
sehingga dalam terjadi perpindahan perseneling, pada waktu perpindahan
perseneling di lakukan secara spontan tidak seperti pada pengujian stasioner
yang tanpa perpindahan perseneling.
Waktu rata-rata
akselerasi bensin tanpa zat aditif alami yang didapat pada pengujian akselerasi
ini adalah 8,947 detik. Penurunan
waktu akselerasi terbesar didapat pada konsentrasi perbandingan zat aditif
alami 1:8 sebesar 21,83% dan penurunan
terkecil didapat pada konsentrasi 1:10 dengan nilai penurunan yaitu 16,51%. Berbeda pada
pengujian waktu akselerasi sebelumnya yaitu 0-80 km/jam, nilai yang didapat
pada pengujian ini mengalami perubahan. Terlihat pada gambar ternyata dengan
kadar aditif terlalu banyak takaran juga tidak baik untuk waktu akselerasi
40-80 km/jam ini, yaitu pada konsentrasi 1:4 justru nilai penurunanya tidak
membesar yaitu hanya sebesar 17,55% dari bensin tanpa campuran zat aditif alami. Untuk campuran
1:10 juga kurang begitu baik karena pada campuran ini memiliki campuran zat
aditif alami yang miskin sehingga kandungan zat aditif alami yang terdapat pada
bensin sangat sedikit.
Sesuai dengan
anjuran dalam produk zat aditif alami ini menyarankan untuk pemakaian satu
tablet zat aditif alami di campur dengan enam liter bensin atau 1:6. Nilai yang
didapat pada gambar di atas membukikan bahwa untuk ukuran atau takaran yang
disarankan memberikan nilai yang lumayan baik jika yaitu dengan penurunan
sebesar 18,07% dengan waktu
rata-rata akselerasi sebesar 7,330 detik jika di bandingkan dengan konsentrasi 1:4 karena
adanya faktor ekonomi yang harus diperhitungkan untuk mendapatkan campuran zat
aditif alami tersebut.
Pada akselerasi
40-80 km/jam ini nilai yang di dapat juga tidak terlalu jauh
dari nilai masing-masing konsentrasi zat aditif alami yang di gunakan. Akan
tetapi, dengan penambahan zat aditif alami terhadap bensin dapat meningkatkan
akselerasi sehingga waktu yang di butuhkan dari kecepatan 40 hingga
80 km/jam menjadi lebih singkat.
C. Pengujian Stasioner
Pengujian Stasioner merupakan pengujian yang dilakukan dalam
keadaan diam tanpa beban. Jadi mesin dihidupkan pada putaran 1.000 rpm dan
3.000 rpm dalam keadaan diam dan dihidupkan selama 5 menit. Pengujian ini
bertujuan untuk mendapatkan nilai konsumsi bahan bakar dalam keadaan stasioner.
Kondisi dalam pengujian diusahakan hampir sama dengan keadaan dan waktu yang
sama. Adapun prosedur pengujian yang
lebih jelas sudah dijelaskan sebelumnya pada metodologi
penelitian.
1. Pengujian stasioner 1000 rpm
Pengujian stasioner
dilakukan dengan tujuan mengetahui konsumsi bahan bakar pada kondisi stasioner
pada 1.000 rpm dengan waktu pengujian 5 menit. Adapun hasil yang didapat adalah
sebagai berikut :
Gambar 4. Grafik konsumsi bahan bakar
rata-rata pada kondisi stasioner 1.000 rpm
Dari gambar di atas
dapat di lihat adanya pengaruh penambahan zat aditif alami terhadap penurunan
konsumsi bahan bakar. Pada pengujian tanpa menggunakan zat aditif alami di peroleh konsumsi
rata-rata bahan bakar yang dibutuhkan untuk waktu 5 menit adalah 19,167 ml. Setelah
penambahan zat aditif alami terhadap bensin maka nilai dari konsumsi bahan
bakar menurun. Hal ini dikarenakan dengan penambahan zat aditif alami terhadap
bensin maka kualitas bahan bakar menjadi lebih baik. Peningkatan terbesar
diperoleh pada pencampuran 1 tablet zat aditif alami terhadap 8 liter bensin
dengan rata-rata konsumsi bahan bakar 12,667 ml penurunan 33,91%. Konsumsi bahan bakar pada konsentrasi 1:8
mengalami penurunan yang besar jika di bandingkan dengan konsentrasi 1:4, 1:6,
dan 1:10.
Penambahan zat
aditif alami dengan konsentrasi 1:4 ternyata tidak juga memberikan dampak
penurunan konsumsi bahan bakar terbesar, konsentrasi 1:4 merupakan konsentrasi
terbesar dalam pengujian yaitu 1 tablet zat aditif alami di campur kedalam 4
liter bensin. Pada konsentrasi 1:4 didapat nilai konsumsi bahan bakar rata-rata
yang digunakan adalah 14,333 ml dengan penurunan sebesar 25,22%.
Berdasarkan gambar
di atas untuk konsentrasi 1:6 yang merupakan komposisi pencampuran yang
disarankan didapat nilai konsumsi bahan bakar rata-rata sebesar 15,333 ml.
Hasil yang didapat ini jika di bandingkan dengan bensin tanpa zat aditif alami
sudah mengalami penurunan sebesar 20%. Pencampuran 10 liter bensin terhadap 1
tablet zat aditif alami didapat nilai penurunan yang paling kecil yaitu 15,65%
dengan konsumsi bahan bakar rata-rata sebesar 16,167 ml. Pencampuran zat aditif
alami pada konsentrasi 1:10 terhadap putaran mesin 1.000 rpm selama 5 menit
kurang efektif jika di bandingkan dengan konsentrasi pencampuran yang lainya.
Pada
pengujian stasioner ini data yang di hasilkan dapat berbeda-beda hal ini
dikarenakan dalam pengambilan data kondisi mesin dapat berubah karena
dipengaruhi oleh keadaan dari kualitas udara sekitar. Setiap pengujian
berbeda-beda dalam waktu pengambilan datanya. Faktor lain yang mempengaruhi
adalah putaran 1.000 rpm merupakan putaran rendah sehingga pada putaran
tersebut mesin hidup dengan keadaan yang tidak stabil seperti akan mati.
Kondisi seperti ini jelas berpengaruh terhadap konsumsi dari bahan bakar yang
diperlukan karena naik dan turunya dari putaran mesin yang tidak stabil.
2. Pengujian
Stasioner 3.000 rpm
Pengujian stasioner
3.000 rpm di lakukan pada tempat dan keadaan yang sama. Pengujian ini di
lakukan dengan putaran mesin permenit (rpm) yang lebih besar dari pada
pengujian 1.000 rpm. Adapun tujuanya sama yaitu untuk mengetahui konsumsi bahan
bakar dengan kondisi pengujian secara stasioner. Setelah di lakukan pengujian
maka didapat data seperti pada gambar 5.
Gambar 5.
Grafik konsumsi bahan bakar rata-rata pada kondisi stasioner 3.000 rpm
Pada gambar di atas
dapat di lihat konsumsi bahan bakar rata-rata pada 3.000 rpm tanpa menggunakan
zat aditif alami adalah 46,667 ml. Setelah bensin di campur dengan zat aditif
alami maka didapatkan penurunan konsumsi bahan bakar yang cukup banyak. Dengan menurunya
konsumsi bahan bakar ini maka terdapat pengaruh didalam penggunaan zat aditif
alami yang dapat menurunkan nilai konsumsi bahan bakar.
Pengaruh penggunaan
zat aditif alami terasa setelah di campurkan kedalam bensin dan di lakukan
pengujian. Pada konsentrasi 1:10 didapat nilai rata-rata konsumsi bahan bakar
adalah 32,333 ml dengan penurunan konsumsi bahan bakar sebesar 30,71% di
bandingkan dengan bensin tanpa zat aditif alami. Konsentrasi 1:10 merupakan
konsentrasi yang paling kecil zat aditif alaminya karena untuk 10 liter bensin
di campur dengan 1 tablet zat aditif alami. Penurunan sebesar 30,71% merupakan
penurunan yang paling tinggui diantara konsentrasi yang lainya. Akan tetapi,
pada putaran 1.000 rpm konsentrasi ini kurang begitu bagus dan tidak untuk
disarankan. Dengan kata lain pada putaran rendah konsentrasi 1:10 kurang bagus,
sedangkan untuk putaran mesin yang tinggi konsentrasi 1:10 merupakan
konsentrasi yang baik.
Pada konsentrasi
1:8 dapat di lihat pada gambar bahwa konsentrasi ini dapat menurunkan konsumsi
bahan bakar hingga 21,79% dengan konsumsi bahan bakar rata-rata sebesar 36,500
ml. Terbilang masih tinggi untuk konsumsi bahan bakar jika di bandingkan dengan
konsentrasi 1:10. Akan tetapi, terjadi penurunan dengan penambahan zat aditif
alami jika di bandingkan dengan bensin yang tanpa menggunakan zat aditif alami.
Konsentrasi ini kebalikan dari konsentarsi 1:10 yaitu pada putaran mesin yang
rendah nilai penurunan konsumsi bahan
bakarnya tinggi, sedangkan pada kondisi putaran mesin tinggi penurunannya
rendah. Dapat dikatakan untuk konsentrasi 1:8 ini disarankan digunakan pada
putaran mesin (rpm) yang
rendah.
Konsentrasi
pencampuran zat aditif alami terhadap bensin yang lebih besar yaitu 1:4
mengakibatkan penurunan yang lebih kecil di bandingkan dengan hasil konsumsi
bahan bakar dari konsentrasi yang lainya. Konsumsi bahan bakar rata-rata yang
didapat adalah sebesar 38,333 ml dengan penurunan yaitu 17,86%.
Adapun ukuran yang
disarankan yaitu 1:6 menghasilkan nilai penurunan sebesar 28,57% dengan
konsumsi bahan bakar rata-rata sebesar 33,333 ml. Nilai ini jika di bandingkan
dengan konsentrsi yang lainya maka didapatkan nilai yang cenderung menengah
atau mendekati baik dalam hal menurunkan konsumsi bahan bakar, baik pada putaran mesin yang tinggi
maupun yang rendah. Jadi dapat disimpulkan adanya perbedaan konsumsi bahan
bakar dari masing-masing konsentrasi yang di lakukan pengujian dan juga dengan
putaran mesin yang berbeda maka didapatkan nilai konsumsi bahan bakar yang
berbeda juga. Data yang diperoleh pada pengujian mengalami perbedaan, data tersebut
adalah data langsung yang didapat dilapangan.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil
pengujian dan pembahasan yang telah dilakukan maka didapat kesimpulan sebagai berikut
:
1.
Pada pengujian konsumsi bahan bakar dengan jarak tempuh 10 km dapat
diketahui bahwa konsentrasi 1:6 merupakan konsentrasi yang terbaik yaitu dapat
menurunkan konsumsi bahan bakar sebesar 23,31% (136,000 ml), dibandingkan dengan bensin tanpa zat aditif alami (177,333
ml).
2.
Waktu rata-rata akselerasi 0-80
km/jam terbaik dihasilkan pada konsentrasi zat aditif alami 1:4 yaitu dengan
waktu rata-rata akselerasi 10,847
detik (20,69%), dibandingkan dengan bensin tanpa zat aditif alami yaitu 13,677
detik.
3.
Pada pengujian akselerasi 40-80 km/jam
didapat untuk konsentrasi 1:8 dengan waktu rata-rata akselerasi 6,993 detik
(21,83%) dibandingkan dengan bensin tanpa zat aditif alami yaitu 8,947 detik.
4.
Pengujian konsumsi bahan bakar stasioner
pada 1.000 rpm selama 5 menit didapat prestasi terbaik pada konsentrasi 1:8
yaitu sebesar 33,91% (12,667 ml) sedangkan pada stasioner 3.000 rpm prestasi terbaik didapat pada konsentrasi 1:10
yaitu 30,71% (14.334 ml).
DAFTAR PUSTAKA
[1] Sugiarto, Bambang Dr. Ir. 2005.
Motor Pembakaran Dalam. Depok
[2]Andriyanto. 2008. Pengaruh Penambahan Zat Aditif pada Bensin terhadap
Prestasi Sepeda Motor 4-Langkah 110 cc. Skripsi Jurusan Teknik Mesin– Universitas
Lampung. Bandar Lampung.
[3] Kirana, R. N. 2005. Analisis Penggunaan Zat Aditif-PEA Dalam Bahan Bakar Premium
Terhadap Prestasi dan Emisi Gas Buang Motor Bensin 4-Langkah. Skripsi Jurusan Teknik Mesin-Universitas Lampung. Bandar Lampung.
[4] Wardono, H. 2004. Modul Pembelajaran Motor Bakar
4-Langkah. Jurusan Teknik Mesin – Universitas Lampung. Bandar Lampung. .
[5] Hardjono, A. 2001. Teknologi Minyak Bumi. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
PENGARUH PENAMBAHAN
ZAT ADITIF ALAMI PADA BENSIN TERHADAP PRESTASI SEPEDA MOTOR 4-LANGKAH
Wahyu Eko Saputra
1 , Harmen Burhanuddin 2, M. Dyan Susila ES 2
1Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas
Lampung, Jl. W.R Supratman 23 b Karang Rejo, Kec. Metro Utara, Kota Metro 34110 (wahyu.unila07@gmail.com)
2Dosen Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas
Lampung, Jl. Prof. Soemantri Brodjonegoro, No.1, Bandar Lampung 35145
Abstrak
The quality fuel affects combustion because the fuel quality will get
better combustion. Therefore, it is necessary to improve the quality of the
fuel to produce combustion. Such an increase in the octane rating of the fuel
can result in increased good quality of the fuel. One method used is the
addition of natural additives in the fuel. Tests were performed using a
motorcycle test engine 100 cc 4-stroke is running test (road test and
acceleration), and stationary testing. The test road test conducted by a
distance of 10 km with an average speed of 50 km / h test aims to get the value
of fuel consumption. Furthermore, using the acceleration test speed 0-80 km / h
and 40-80 km / h which aims to get the fastest acceleration time. Then the
stationary testing done on rotation 1.000 rpm and 3.000 rpm with a 5-minute
aims to get the value of fuel consumption at rest. This test uses a natural
variation in the dose of the gasoline additive used is 1:4, 1:6, 1:8, and 1:10.
On testing fuel consumption with the distance 10 km can be seen that the
concentration of 1:6 is the best concentration that can reduce fuel consumption
by 23,31% (136 ml), compared with natural gasoline without additives (177,333
ml). Average time acceleration 0-80 km / h resulted in the concentration of the
best natural additives 1:4 that is with an average acceleration of 10,847
seconds (20,69%). In testing acceleration 40-80 km / h obtained for the
concentration of 1:8 with an average acceleration of 6,993 seconds (21,83%).
Tests of stationary fuel consumption at 1,000 rpm for 5 minutes in to the best
performance at a concentration of 1:8 that is 33,91% (12,667 ml) whereas at 3.000
rpm stationary best performance is obtained at a concentration of 1:10 30,71%
(14,334 ml).
Keywords: fuel, natural additives, engine performance.
jika berguna alhamdulillah. saya yakuin kalian enginer yg luar biasa. kalay sdh lulus dan butuh lokerr u can call me. oke.. fb. wahyu eko west
BalasHapus